“Ah, berat sekali hidup ini. Banyak sekali beban. Lebih baik menikah saja. Pasti menyenangkan. Ada seseorang yang bisa diandalkan.”

Memiliki hidup yang membosankan dan dirasa berat, beberapa perempuan rentang usia 17-20 tahunan pasti pernah mengeluh seperti itu. Lelah dengan perkuliahan dan tugas yang tiada akhir menjadi salah satu alasan terbesar yang mengantarkan pikiran mereka untuk segera menikah. Perempuan pikir dengan menikah, kuliah bukanlah menjadi sebuah prioritas. Padahal menikah atau tidak menikah, sebuah pendidikan adalah hal yang penting dan harus diselesaikan.

Ada pula yang berpikir bahwa menikah adalah pilihan yang tepat daripada menjalani hidupnya sekarang ini. Merasakan hidup yang monoton, kesepian, dan tak ada teman berbagi cerita kala di rumah juga bisa mengantarkan pikiran bahwa menikah mungkin lebih indah. Apalagi memiliki orangtua yang sibuk dengan pekerjaannya dan bahkan suka mengekang, menikah pasti menjadi sebuah bayang-bayang untuk kabur dari rumah.

Melihat teman-teman, sahabat, orang sekitar, dan bahkan selebriti yang menikah muda, perempuan pasti juga ingin merasakannya. Kebahagian pasangan menikah muda yang mereka lihat menjadi iming-iming bahwa menikah pasti menyenangkan. Terngiang bahwa menikah itu indah dan mudah dijalani.

Pernah merasa disakiti dan kecewa serta lelah bergonta-ganti pacar menjadikan perempuan berpikir lebih baik menikah. Menikah mungkin bisa menjadikan laki-laki setia hingga akhir hidupnya karena sudah terikat oleh agama dan negara. Maka, perasaan kecewa dan sakit hati karena pasangan tak akan dirasakannya.

Dengan berbagai alasan, bukan sesuatu yang asing lagi bahwa perempuan berkeinginan menikah lantaran berpikir jika semua masalah yang ada dan tengah dihadapi akan selesai dan hilang begitu saja.

Realitas kebanyakan pasangan menikah muda setelah menikah tidak merasakan seperti apa yang dibayangkannya. Menikah bukan tentang menjemur pakaian berdua, saling bercerita di teras rumah, menghitung bintang di kala malam, saling bertukar pelukan, atau saling mengecup di kala jumpa atau berpisah. Menikah bukan hanya mencari sponsor baru pengganti orangtua, yang akan memberi kita makan, minum, atau uang untuk sekadar bersenang-senang.

Menikah ternyata adalah perkara yang lebih rumit dari itu. Menikah terkadang bukan menyelesaikan masalah, justru menambah beban dan tanggung jawab yang berat. Tanggung jawab terhadap keluarganya sendiri, terhadap keluarga besar, dan terlebih kepada Tuhan. Kamu juga tidak akan bebas sebebas apa yang kamu pikirkan.

Menikah muda membutuhkan adaptasi yang besar karena pada usia 17-20 tahunan pola pikir belum begitu matang dan masih ingin merasakan kebebasan. Akan sulit menjalani berbagai hal yang benar-benar kamu inginkan sambil memikirkan perasaan pasangan kamu dan meminta izin mereka sebelum melakukan sesuatu, bukan?

Saat menghadapi konflik, kondisi emosi yang cenderung belum stabil mengakibatkan perbedaan ego dan pendapat sehingga sering terjadi pertengkaran. Membangun rumah tangga juga memerlukan pengelolaan uang yang baik. Sedangkan sifat kekanakan, ingin bebas, suka menghamburkan uang menyebabkan kondisi penghasilan tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.

Pernikahan muda juga sering kali menyebabkan seorang perempuan tidak lagi meneruskan sekolahnya. Berpikir bahwa menikah adalah sebuah bentuk ibadah dan lebih baik daripada kuliah. Padahal apakah menuntut ilmu bukan bentuk ibadah juga? Adapun alasan dikarenakan ia merasa mempunyai tanggung jawab baru sebagai istri dan calon ibu.

Pernikahan muda juga bisa menyebabkan gangguan perkembangan kepribadian dan menempatkan anak yang dilahirkan berisiko terhadap kekerasan dan keterlantaran. Akibat sifat kekanakan dan keegoisan orangtua mereka yang belum cukup matang dan pendewasaan yang masih berkembang.

Namun bukan berarti semua pasangan yang menikah muda pasti mengalami kegagalan dalam perjalanan rumah tangganya. Seperti artis Natasha Rizky yang memutuskan untuk menikah pada umur 19 tahun.

Menikah muda bukanlah suatu halangan untuk dirinya dalam berkarier dan melakukan kegiatan lainnya. Rumah tangganya bersama Desta juga cukup tenteram, tak ada sorotan media yang menunjukkan pertengkaran. Dibuktikan bahwa ia juga mampu menjadi seorang ibu yang baik kepada dua anaknya walaupun disibukkan dengan dunia kerja.

Menikah adalah sebuah pilihan masing-masing orang. Pilihan yang diputuskan dengan banyak pertimbangan. Termasuk tentang pertimbangan bahwa menikah itu bukan hanya sekadar menemukan pasangan hidup.

Menikah sebenarnya adalah sebuah perjalanan baru. Menikah membutuhkan kesiapan, baik kesiapan biologis ataupun psikologis. Kedewasaan dan tingkat kematangan psikologis tidak ditentukan dari segi usia, melainkan dari cara berpikir seseorang terhadap sesuatu.

Setiap orang pasti berbeda, tidak bisa dipaksakan untuk mengikuti satu standar tertentu. Menikah sekarang atau menikah nanti semuanya tergantung pada diri sendiri. Kapan pun kamu menentukannya, pasti akan tiba masanya menjalani peran sebagai seorang istri dan ibu untuk anakmu. Asalkan sudah benar-benar matang dan siap dari segi pola pikir, mental, dan finansial, menikah bukan lagi menjadi hal yang sulit dilakukan.

Sumber:Qureta.com

Translate »