Tanpa angka manusia akan mengalami kesulitan mengungkapkan suatu bilangan atau jumlah. Setiap bangsa memiliki cara tersendiri untuk mengucapkan sebuah bilangan. Tetapi, tidak semua bangsa memiliki karakter atau lambang khusus penulisan angka. Arab adalah salah satu bangsa di dunia yang memiliki karakter khusus dalam penulisan angka. Bangsa lain adalah Romawi Kuno, yang memiliki karakter penulisan angka Romawi seperti I,II,III  dan seterusnya. Angka 1,2,3,4 dan seterusnya adalah yang kini paling banyak digunakan. Angka ini diciptakan oleh orang India yang kemudian diadoptasi oleh orang Arab pada masa awal kejayaan Islam (sekitar abad ke-7). Selama berabad-abad, penulisan angka ini diterapkan oleh ilmuwan dan penulis Arab muslim. Di dunia Arab sendiri, penulisan angka seperti ini kini tidak popular lagi. Sebagai gantinya, orang Arab kini memiliki penulisan sendiri.

Orang Arab moden tidak menggunakan angka yang mereka ciptakan sekitar 1.300 tahun silam. Sebagai gantinya, mereka menciptakan sendiri angka yang berbeza. Ada dua penulisan yang mereka kembangkan: penulisan angka Arab moden dan penulisan angka dengan abjad Arab.

Para ilmuwan tidak mengetahui secara pasti asal-usul angka Arab yang kini banyak dipergunakan. Beberapa sumber menyebutkan bahawa bangsa Arab terpengaruh oleh cara penulisan angka India. Kendati telah menggunakan angka itu sejak abad ke-3 SM, orang India baru menggunakan angka nol pada abad ke-7, setelah orang Arab muslim menemukan bilangan nol ini dari India. Dalam pengertian di India, nol disebut sunya yang bererti “kosong”.

Skema munculnya angka yang kita gunakan sekarang, yakni angka Arab. Sistem angka Arab terutama dikembangkan oleh al-Khawarizmi (Ahli matematik awal abad ke-9) yang mengambil susunan angka decimal dari sistem angka India. Pada abad ke-12, bukunya mulai dikenal di Eropah, lalu orang Eropah mengambil system angka Arab tersebut untuk menggantikan angka Romawi.

Penemuan angka oleh kaum Arab muslim menyebar luas dengan cepat. Kerajaan baru Islam di Asia Tengah dan Eropah (Sepanyol khususnya) mengetahui angka ini lewat para pedagang dan dari yang datang ke wilayah taklukan Islam itu. Di Eropah, angka Arab diterima dengan baik. Angka ini menggantikan penulisan angka Romawi yang dianggap lebih rumit dan panjang. Ketika mesin cetak pertama kali ditemukan pada abad ke-14, angka Arab menjadi pilihan utama. Sejak itulah angka Arab klasik tersebar luas dan digunakan di seluruh Eropah.

Bangsa Arab muslim mengembangkan penulisan angka yang diadoptasi dari India seperti yang kita kenal sekarang: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0 (angka nol adalah penemuan asli ilmuwan Arab muslim). Untuk angka yang jumlahnya melebihi bilangan sepuluh, bangsa Arab muslim menggunakan sistem digit dalam penulisannya. Misalnya, untuk menyebut bilangan “tiga ratus lima puluh sembilan” dalam angka Arab ditulis 359. Digit 3 mewakili nilai tiga ratus, 5 mewakili nilai lima puluh dan 9 mewakili nilai sembilan. Begitu juga bilangan “enam ribu lima” ditulis 6005. Di sini, digit 6 memiliki nilai enam ribu, dan lima memiliki nilai lima, sedangkan 0 (nol) menempati posisi kosong yang tidak memiliki nilai.

Catatan: Ibnu Fayyad

Translate »