Berikut 10 nasihat Imam Al Ghazali dalam Kitab Tibr Masbuk Fi Nashihat Al Muluk untuk para pemimpin atau kepala negara agar dapat berlaku adil.

Pertama, mengetahui manfaat dan bahaya kekuasaan.

Akar ini bisa mengantarkan seorang pemimpin menjadi adil.

Pemimpin wajib mengetahui secara mendalam mengenai manfaat dan bahaya dari kekuasaan.

Pemimpin harus sedia maklum jika kekuasaan merupakan amanah Tuhan.

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda:

Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah pemimpin yang adil. Dan manusia yang paling dibencinya adalah pemimpin yang zalim.”

Kedua, merindukan nasihat para ulama.

Pemimpin yang selalu rindu dengan nasihat para ulama akan menumbuhkan buah keadilan bagi rakyatnya.

Ulama yang dimaksud oleh Imam Al Ghazali adalah ulama yang benar-benar ikhlas.

Mereka yang berkata dan bertindak karena Allah SWT.

Bukan ulama yang mengejar-ngejar para penguasa semata ingin mendapatkan perkara duniawi.

Nasihat ulama berhati dan pikiran bersih ini yang akan menuntun pemimpin yang adil bagi rakyatnya.

Ketiga, tidak menerima segala bentuk kezaliman.

Menolaknya seorang pemimpin dari segala bentuk kezaliman akan mengantarkannya pada sikap yang adil.

Pemimpin harus mempunyai sikap.

Ia harus bisa menjauhkan dirinya dari perilaku zalim sekecil apapun itu.

Apabila seorang pemimpin telah mampu menjauhi perilaku zalim tapi ajudan dan pembantunya tidak, maka ia akan dimintai pertanggungjawaban dan menanggung dosa mereka manakala hanya diam.

Keempat, tidak sombong.

Akar keempat pemimpin bisa dikatakan adil jika tidak sombong.

Penyakit sombong sering dialami para pemimpin.

Biasanya karena mereka mengira kekuasaan dan rakyat ada dalam genggamannya.

Pemimpin mestinya harus memiliki sifat rendah hati.

Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bersabda:

Orang yang kuat dan pemberani adalah orang yang telah menaklukkan nafsunya, bukan yang membanting lawannya.”

Kelima, empati terhadap rakyat.

Akar pemimpin yang adil selanjutnya adalah empati.

Maksud empati adalah benar-benar merasakan apa yang dialami rakyat.

Tidak sekadar bersimpati.

Pemimpin dengan empati yang tinggi akan memperlakukan rakyatnya sebagaimana ia memperlakukan dirinya.

Keenam, tidak meremehkan keperluan rakyat.

Jika kekuasaan menjadikan pemimpin menjadi sombong maka kesombongan itu akan melahirkan ketidakpedulian.

Akibatnya, pemimpin tidak peduli dengan nasib dan keperluan rakyat kecil.

Pendapat lain Imam Al Ghazali, pemimpin tidak diperkenankan menyibukkan diri dengan ibadah sunnah sampai-sampai lalai pada tugasnya untuk melayani keperluan rakyat.

Ketujuh, hidup secara sederhana.

Akar adil ketujuh adalah tidak hidup hidup glamor, foya-foya, dan tinggi hawa nafsunya.

Seorang pemimpin sudah semestinya hidup tidak berlebih-lebihan.

Menurut Imam Al Ghazali, keadilan tidak akan ada manakala seorang pemimpin tidak mempunyai sifat qana’ah.

Qan’ah adalah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari dari rasa tidak puas dan perasaan kurang.

Kelapan, memiliki sikap lemah lembut.

Lemah lembut menjadi bagian akar pemimpin bisa dikatakan adil.

Idealnya seorang pemimpin dia yang mampu bersikap lembut dan tidak membeda-bedakan status.

Lembut bukan berarti lembek atau tidak tegas.

Tapi ia yang tidak kasar, tidak emosi, dan tidak mudah membentak kepada rakyat kecil.

Apabila ia melihat kesalahan dan kekeliruan, ia tetap menegakkan hukum setimpal dengan perbuatan pelakunya.

Hukuman yang setimpal dengan perbuatan pelaku kejahatan adalah salah satu bentuk ungkapan kasih sayang seorang pemimpin kepada rakyatnya.

Kesembilan, membahagiakan rakyat dengan perkara yang diperbolehkan agama.

Pemimpin mesti membahagiakan dengan hal-hal yang diperbolehkan agama, buka sebaliknya.

Saat pemimpin dan rakyat saling mencintai, maka rahmat dan ridho Allah ikut turun.

Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bersabda:

Sebaik-baik umatku adalah sekelompok orang yang mencintai kalian dan kalian juga mencintainya. Dan seburuk-buruk umatku adalah sekelompok orang yang memusuhi kalian dan kalian juga memusuhi mereka, yang suka melaknat kalian dan kalian juga melaknat mereka.”

Kesepuluh, tidak menjual agama untuk mendapatkan simpati rakyat.

Akar ini adalah bagian keadilan pemimpin yang terakhir.

Seorang pemimpin sudah semestinya berjuang untuk rakyat dan membawa kemajuan bagi negerinya.

Tapi pemimpin tidak diperkenankan menerjang aturan agama untuk membuat rakyatnya bahagia dan sejahtera.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

Barang siapa mencari ridho Allah hingga orang-orang marah kepadanya, maka niscaya Allah akan meridhoinya dan manusia pun akan ridho kepadanya. Dan barang siapa mencari ridho manusia hingga Allah murka kepadanya, niscaya Allah akan murka kepadanya dan semua makhluk akan memurkainya.”

Demikian 10 nasihat Imam Al Ghazali bagi pemimpin agar tetap memiliki sikap adil. (tribunjateng/fajar bahruddin achmad)

Sumber: jogja.tribunnews.com

Translate »