RICHARD “Mac” McKinney. Keyakinannya bahwa seburuk-buruk agama adalah Islam sehingga harus dihapuskan dari muka bumi mengantarkan ia untuk memilih bergabung dengan korps marinir. Ia memiliki keyakinan kuat bahwa menjadi tantara adalah jalan mulia untuk menyelamatkan manusia, menyelamatkan orang-orang yang seagama dengannya, dari ajaran Islam. ⁣
Selama 25 tahun menjalani tugas kemiliteran, Mac telah membunuh sangat banyak muslim tanpa alasan khusus. Setiap kali membunuh satu orang yang ia gambarkan sebagai musuh, ia mengabadikan dengan tatoo kecil berbentuk airmata di lengannya. Tatoo yang membuatnya harus menitikkan sedikit airmata karena menahan sakit. Ia berhenti membuat tatoo pada angka ke-26. Tidak ada yang lebih kuat untuk mendorongnya melakukan itu semua kecuali karena kebenciannya kepada Islam dan keyakinan yang mengakar bahwa Islam itu membahayakan manusia.⁣
Berhenti dari karier kemiliteran karena memang sudah waktunya pensiun, tidak memadamkan keinginannya untuk melakukan “tugas mulia” menyelamatkan manusia dari Islam. Sedemikian besar kebenciannya sehingga tidak segan ia mengekspresikan secara sangat terbuka hingga bahkan berteriak, semisal saat melihat seorang perempuan mengenai cadar. Istri dan anak perempuannya bahkan merasa sangat tidak nyaman dengan perilakunya; perilaku yang lahir dari sikap sangat kuat dalam dirinya.⁣
Usia kian bertambah. Ia merasa harus berbuat sesuatu yang besar. Pengalamannya di militer memudahkan dia untuk merakit bom dengan daya ledak tinggi. Ia pun melakukan dengan cermat dan mengongkosi dengan uangnya sendiri seluruh keperluan untuk melaksanakan missinya; missi yang sangat ditentang oleh istrinya sampai-sampai mengancam akan melaporkan Mac ke FBI. Tetapi Mac tidak peduli. Ia memang telah mempersiapkan diri untuk masuk penjara sebagai harga dari keyakinan yang dipeganginya sejak muda, keyakinan yang membuatnya sangat terobsesi untuk bisa seperti Rambo. Ia tetap kuat dengan tekadnya melaksanakan apa yang disebutnya sebagai “a final mission”, tugas terakhir, bagi negerinya.
‘Berhenti Menstigmatisasi Kami’, Muslim Perancis Mengatakan pada Presiden Emmanuel Macron
“Jika saat itu akhirnya saya harus di penjara dan disuntik mati, tidak masalah bagi saya,” kata McKinney. “Saya pikir dengan meledakkan masjid, saya akan melakukan hal yang baik untuk negara saya… saat itu saya sedang kacau.”⁣
Maka, hari itu pun ia mendatangi Islamic Center of Muncie. Tepat saat ia masuk, seorang laki-laki di masjid itu menyambutnya dengan sangat hangat. Penuh keramahan. Sambutnya yang membuatnya terkejut karena benar-benar bertentangan dengan anggapannya selama ini. Laki-laki muslim itu bertanya apa yang dapat ia bantu, dan Mac pun menyatakan ia belajar Islam. Maka hari itu, Richard “Mac” McKinney mulai belajar Islam. Ia juga memperoleh hadiah Al-Qur’an.⁣
Esoknya ia datang lagi. Setiap hari. Selama satu sampai dua jam sehari ia mengkhususkan waktu datang ke masjid di Islamic Center of Muncie untuk belajar Islam. Tepat 2 bulan kemudian, pada bulan September 2009, Richard “Mac” McKinney mengikrarkan syahadat dan mengganti namanya menjadi Omar Saeed Ibn Mac (‘Umar Sa’id ibn Mac). Kelak tiga tahun setelah bersyahadat, Omar Mac menjadi presiden di Islamic Center of Muncie, semacam ketua umum takmir. Ia pun menjadi imam di masjid yang dulu ia ingin hancurkan dengan bom.⁣
Kerasnya kebencian Richard McKinney kepada Islam dan gigihnya perjuangan dakwah Omar Saeed ibn Mac (namanya sesudah muslim) setelah bersyahadat, mengingatkan kita pada sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Hibban dan lainnya. Rasulullah ﷺ bersabda:⁣⁣
Kalian mendapati manusia itu seperti barang-barang tambang. Orang-orang pilihan (mulia) pada masa jahiliah adalah orang-orang yang mulia pada masa Islam jika mereka faqih (benar-benar memahami agama ini). Kalian mendapati manusia pilihan dalam hal ini adalah orang yang (pada mulanya sebelum Islam) paling keras kebenciannya kepada agama ini. Dan kalian mendapati seburuk-buruk manusia adalah orang yang bermuka dua; yang datang kepada satu kelompok dengan satu wajah, dan kepada kelompok lain dengan wajah lain pula.” (Muttafaq Alaihi).⁣⁣
Ada pelajaran sangat menarik di sini yang mengingatkan kita pada hadis lain bermiripan awalannya, tetapi bukan waktunya sekarang untuk membahas. Saya hanya ingin menggaris-bawahi mengenai apakah yang jika di saat jahiliyah ia emas dan sesudah Islam ia emas juga? Karakter.
Jika seseorang benar-benar kuat pembelaannya kepada keyakinannya –meskipun itu salah—maka sesudah Islam akan kuat pula kegigihannya berjuang dan mengikatkan diri dengan prinsip-prinsip yang ada pada keyakinannya itu. Sangat berbeda dengan orang yang kebaikan itu hanya menjadi topeng. Bukan karakter.*⁣
Sumber: Mohammad Fauzil Adhim, https://www.hidayatullah.com/kolom/meminang-surga/read/2021/01/19/199647/kebencian-itu-luruh-di-ujung-hidayah%e2%81%a3.html

Translate »