Seperti yang sudah kita ketahui, lebah termasuk kategori serangga yang hidupnya berkelompok. Dalam mencari makanan, lebah sering hinggap di atas tangkai dan kelopak-kelopak bunga sembari mengisap cairan manis yang terdapat pada bunga. Setelah lebah mendapatkan cairan manis yang cukup banyak, ia kembali ke sarangnya dan mengumpulkan cairan tersebut hingga terkumpul banyak dan menjadi madu.

Dari penjelasan tadi, kita ketahui bahwasanya lebah menghasilkan madu. Kemanfaatan madu bagi manusia sangatlah besar, terutama bagi kesehatan tubuh dan obat bagi berbagai jenis penyakit.

Terlepas dari pembahasan mengenai kemanfaatan madu bagi manusia, mari kita mengutip sebuah Hadis dari Nabi Muhammad SAW yang artinya: dari Abdullah bin Amru r.a ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda “Demi dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya (Allah), sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin itu seperti lebah yang selalu memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik. Ia hinggap (di ranting) namun tidak membuatnya patah dan rusak”. (H.R Ahmad).

Dari Hadis tadi, Rasulullah Saw. bersumpah atas nama Allah ketika beliau memberikan suatu perumpamaan tentang seorang mukmin itu seperti lebah. Kita tahu lebah itu hanya mengambil sisi terbaik dari bunga, yaitu nextar atau cairan manis yang nantinya akan dikumpulkan dengan jumlah yang banyak dan menjadi madu yang kaya akan kemanfaatan.

Jika dikaitkan dengan keadaan umat Islam saat ini, masih ada beberapa di antara kita yang memakan makanan haram, entah sisi keharamannya itu dari segi kandungan ataupun dari segi cara mendapatkan makanan itu sendiri.

Mayoritas umat Islam masih kurang selektif dalam memilih dan membeli makanan. Masih sedikit yang memperhatikan label halal dari MUI. Mungkin hal ini terlihat sepele, padahal makanan haram yang masuk pada tubuh akan akan memengaruhi pada perilaku dan perbuatan.

Kemudian jika kita berposisikan sebagai seorang kepala keluarga, jika menafkahi anak dan istri dari suatu pekerjaan yang haram, semisal dari hasil mencuri, berzina, ataupun berjudi, maka hasil nafkah haram tadi akan dapat mengakibatkan anak-anak dan keturunan kita melakukan hal yang haram pula, karena buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Hal tadi menandakan bahwa hasil dari pekerjaan orang tua sangatlah berpengaruh dalam tumbuh kembangnya anak di masa depannya nanti.

Kemudian perihal lebah yang menghasilkan sesuatu yang baik dan bermanfaat, yaitu madu. Seharusnya sebagai seorang muslim, ketika bekerja haruslah menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, terutama yang terpenting adalah memberikan kemanfaatan bagi diri sendiri.

Tetapi ketika kita melihat pada keadaan umat Islam saat ini, ada beberapa orang yang bekerja sebagai seorang wakil rakyat dan ia melakukan korupsi, memakai media sosial, tetapi tidak bijak dan bahkan ikut-ikutan menyebarkan berita hoaks dan ujaran kebencian. Hal tadi tentulah tidak sesuai dengan perumpamaan yang Rasulullah Saw. sabdakan belasan abad yang lalu.

Ketika kita mengetahui dan paham dengan perumpamaan tadi, maka pastilah kita tidak akan suka membiaskan telinga mendengarkan sesuatu hal yang buruk semisal gibah. Jika sesuatu hal yang bersifat gibah saja tidak kita dengarkan, apalagi tentang sesuatu hal yang belum jelas kebenarannya seperti berita hoaks.

Ketahuilah ketika kita menceritakan keburukan seseorang, jika hal tersebut benar, maka tentulah menjadi suatu gibah yang dimisalkan Alquran seperti memakan bangkai saudara sendiri yang telah mati. Kemudian jika keburukan yang diceritakan tadi tidak benar, maka itu akan menjadi suatu fitnah yang dalam Alquran fitnah itu dimisalkan lebih kejam daripada suatu pembunuhan.

Kenapa fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan? Coba kita buat permisalan seorang wanita yang terfitnah melakukan zina, maka dengan fitnah tersebut kesucian ia akan ternodai, kehidupannya akan terganggu, dan lelaki pun akan enggan mendekatinya. Maka dapat disimpulkan dari permisalan tadi bahwasanya fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan, karena dampak yang ditimbulkan lebih besar dan dapat merusak persaudaraan.

Fitnah ini juga dapat menyebabkan suatu suku, agama, ras, dan antargolongan saling berselisih satu sama lain yang berakibat terjadinya pembunuhan dan dapat memberikan kerugian yang sangat besar satu sama lain.

Kemudian, ketika lebah sedang mencari rezeki, maka ia akan hinggap di tangkai dan kelopak-kelopak bunga tanpa melakukan pengrusakan, malah dengan adanya lebah yang hinggap di kelopak-kelopak bunga dapat membantu proses pembuahan pada bunga.

Dari fenomena tadi, seharusnya ketika kita bekerja jangan sampai menyebabkan orang lain kesusahan, dalam kata lain seperti peribahasa “bergembira di atas penderitaan orang lain”. Seharusnya ketika kita bekerja, orang lain haruslah mendapat kemanfaatan dari apa yang kita kerjakan, mungkin seperti membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi orang-orang yang pengangguran. Hal ini tentulah sangat bermanfaat dalam menurunkan angka pengangguran jikalau kita menerapkannya dalam keseharian.

Dari beberapa perumpamaan tadi, sudahkah umat Islam menjadi seperti lebah yang telah Rasulullah saw. sabdakan dalam Hadis beliau belasan abad yang lalu? Tentulah belum sepenuhnya kita kerjakan. Seharusnya sebagai umat Islam, kita haruslah mengubah beberapa perilaku buruk dan mencontoh perumpamaan lebah tadi dalam melakukan aktivitas keseharian, sehingga kita dapat menjadi umat yang bertebar manfaat satu sama lain.

Sumber : Qureta.com

Translate »